VIRUS UDANG DIBALIK BATU
Kehidupan di tanah nusantara ini banyak terpengaruh dari hal hal yang baru. Sering orang melakukan sesuatu mempunyai maksut tersembunyi yang diharapkannya. Orang menolong orang lain dengan maksut agar dibilang orang baik. Orang menyumbang mushola atau masjid agar mendapat sanjungan orang lain atau ben di ajeni menurut bahasa jawanya. Orang membeli sepedah motor bagus dengan maksut biar dicintai banyak wanita. Orang berpenampilan praktis agar dianggap pegawai yang bergaji besar. Orang membentuk organisasi dengan maksut agar banyak orang memilih dia ketika menjabat jadi DPR atau yang lain.
“ADA UDANG DIBALIK BATU” adalah sebuah pribahasa didalam bahasa Indonesia yang mempunyai arti ada maksut lain yang tersembunyi selain maksut yang asli
Pepatah inilah yang mampu mempengaruhi pemikiran saaudar saudara kita. Yang mampu membuat orang selalu mencari maksut dibalik realita kehidupan. Jangankan kegiatan umum, hidiyah (tawasul) saja sudah ada udang dibalik batu. Hidiah dumateng fulan bin fulan mugi mugi angsal riski ingkang halal, sehat dhohir sehat batin, mugi mugi gadah umur panjang lan diparingi tetep iman, islam lan ikhsan. Slamet dunyo ngantos akhirot. Lan mugi mugi ditebihno saking api neroko. Padahal hidiah kan maksudnya menghadiahkan pahala bacaan surat Al Fatikhah kepada yang dituju. Entah pepatah tersebut lebih pantas disebut pepatah atau disebut virus.
Karena banyaknya orang yang tidak sadar menggunakan pepatah diatas menyebabkan orang lain sulit membedakan mana yang ada udangnya dengan mana yang hanya batu saja. Maksudnya, kan tidak semua kegiatan atau amalan yang ada itu, ada maksut rahasia. tetapi orang orang malah berfikir semua yang ada itu ada maksutnya yang tersembunyi. Jadi mereka sulit menerima kebaikan orang lain, selalu curiga kepada orang lain, selalu berfikir jangan jangan ada maksut yang lain yang disembunyikan.
Kawan kawan yang berbahagia. Mari kita bebaskan diri kita dari virus “ada udang dibalik batu” dengan penawar virus “ada batu ya batu”, tidak ada udangnya. Jadi kita tidak akan repot repot mencari udang dibalik batu. Dengan berfikir seperti itu kita akan terbebas dari berfikir su’udhon (negative) dan kita akan mudah menerima kebaikan orang lain tanpa curiga.
tulungagung 13 november 2015 , Alimin
0 komentar: